8 Jenis Penyakit Herpes (Penyebab, Gejala & Pengobatannya)

February 2018 - Bertemu lagi dengan saya Admin Go Sehat Pedia, Kali ini saya menulis artikel dengan judul February 2018, semoga saja isi postingan mengenai Penyakit, bermanfaat buat sahabat Go Sehat Pedia.

Judul : 8 Jenis Penyakit Herpes (Penyebab, Gejala & Pengobatannya)
link : 8 Jenis Penyakit Herpes (Penyebab, Gejala & Pengobatannya)
Herpes adalah suatu penyakit pada kulit tubuh yang diakibatkan serangan virus herpes.  Nama virusnya dikenal dengan istilah HHV (Human Herpes Virus).

Herpes juga tergolong dalam penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini bisa menular melalui media mulut, vagina, dan kulit yang luka. Virus pada herpes bisa timbul dan hilang pada waktu tertentu.

Virus herpes ini memiliki banyak jenis (tipe) yaitu HHV1-HHV8. Pada masing-masing tipe virus menyebabkan penyakit kulit herpes yang berbeda.

Terdapat beberapa jenis penyakit herpes sesuai dengan penyebabnya, berikut di bawah ini penjelasannya:

HHV-1 (Herpes Liabialis)

Human Herpes Virus 1 (HHV1) juga sering disebut dengan nama virus herpes simplex 1 (HSV1). Herpes liabialis menyerang area mulut, hidung dan area pinggang ke atas.

Herpes Liabialis
Photo credit: Wikimedia.org

Penularannya bisa terjadi dari adanya kontak fisik secara langsung pada penderita. Selain itu, penularan juga bisa terjadi dari kontak dengan benda-benda yang pernah dipegang penderita, seperti handuk, peralatan makan, pisau cukur dan semacamnya.

Gejala Herpes liabialis yaitu:
  • Rasa gatal pada mulut
  • Rasa kesemutan
  • Munculnya lepuhan kecil pada area sekitar hidung, mulut, atau area lain di wajah. Nantinya lepuhan akan mengering, dan dalam waktu 8-10 hari sembuh dengan sendirinya.

Selain itu HHV 1 juga menimbulkan gejala berupa ruam, kemerahan, lepuh, hingga sensasi terbakar. HHV1 dapat berkembang dari kontak kulit ke kulit.

Belum ditemukan cara memusnahkan virus herpes sepenuhnya dari tubuh. Pengobatan biasanya dilakukan dengan menggunakan obat antiviral yang bertujuan umum untuk mengcegah replikasi atau perkembangan virus, mengurangi dampak, serta menurunkan kemungkinan penularan ke orang lain.

Penanganan herpes labialis harus dilakukan dengan segera sebelum semakin memburuk dan menular. HHV1 bisa sangat menular, terutama ketika lepuh mengalirkan cairan. Tapi, virus tidak selalu menimbulkan luka.

Virus dapat lebih aktif dan berkembang karena beberapa penyebab seperti sering stres, sering terkena paparan sinar matahari langsung, sering lelah, menurunnya sistem kekebalan tubuh, perubahan hormonal (khususnya ketika menstruasi), dan trauma pada kulit

Penyakit herpes labialis bisa menyebabkan kesemutan maupun sensasi terbakar di area sekitar bibir atau hidung, kondisi ini terjadi 1-2 hari sebelum lepuh meletus.

Luka biasanya dapat hilang dengan sendirinya dalam waktu seminggu atau lebih, namun Anda hendaknya tetap melakukan pengobatan.

Pada artikel berjudul Recurrent Herpes Simplex Labialis (Healthline.com) menjelaskan tentang gejala herpes labialis, lepuh mungkin muncul di area sekitar mulut dalam 1-3 minggu setelah kontak pertama Anda dengan virus.

Mengenai diagnosa, dokter biasanya akan memeriksa lecet dan luka di wajah Anda. Mereka mungkin juga mengirimkan sampel blister ke laboratorium untuk menguji HSV-1 secara khusus.

Mengenai komplikasi, herpes labialis bisa berbahaya jika lepuh atau luka terjadi di dekat mata. Selain itu, penyebaran virus berpotensi ke bagian kulit lainnya.

Pengobatan
HSV-1 bisa tetap berada di tubuh selamanya, bahkan jika Anda tidak mengalami gejalanya secara berulang. Gejala berulang biasanya hilang dalam 1-2 minggu tanpa pengobatan apapun. Lepuh biasanya akan menjadi kerak sebelum menghilang.

Untuk perawatan di rumah, Anda bisa menerapkan es ataupun kain hangat ke wajah untuk meredakan rasa sakit. Beberapa orang memilih menggunakan krim kulit, tapi krim ini biasanya hanya berguna untuk memperpendek gejala kambuh satu atau dua hari.

Dokter mungkin meresepkan obat antiviral oral untuk melawan virus, seperti:
  • Acyclovir
  • Famciclovir
  • Valacyclovir

Obat ini bekerja lebih baik apabila Anda menggunakannya saat baru saja mengalami tanda-tanda awal dari mulut yang sakit, seperti kesemutan di bibir, dan sebelum lecet muncul.

Untuk kasus herpes labialis berulang yang sering menyerang mulut, dokter Anda mungkin menyarankan untuk menggunakan obat ini setiap saat.

Mencegah Penyebaran Herpes:
  • Cucilah semua barang yang pernah kontak dengan luka yang terinfeksi, seperti handuk. Cuci handuk dalam air panas.
  • Jangan berbagi peralatan makanan atau barang pribadi lainnya dengan orang lain (yang terkena herpes).
  • Jangan berbagi krim kulit dengan siapa saja.
  • Agar virus tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya, jangan sentuh lecet atau luka. Jika Anda terlanjur melakukannya maka segera cuci tangan dengan sabun dan air.

Gejala biasanya hilang dalam 1-2 minggu, tapi sakit bisa berpotensi kembali berulang. Tingkat keparahan luka biasanya berkurang saat seseorang bertambah tua.

Infeksi di dekat mata dan mereka yang mengalami masalah kekebalan tubuh, tampaknya perlu menemui dokter.


HHV-2 (Herpes Genital)

Human Herpes Virus 2 (HHV2) menyebabkan penyakit herpes genital, ini termasuk penyakit menular seksual yang dapat menginfeksi. Selain itu dapat menginfeksi kulit bagian wajah.

Herpes Genital
Herpes Genital | Photo credit: Blog.james-stones.me.uk

Seperti halnya HHV1, infeksi HHV2 dapat menular dan menyebar dengan melalui kontak kulit. Umumnya penularan HHV2 melalui kontak seksual, virus ini tidak dapat bertahan lama di luar tubuh manusia

Herpes genital umumnya dijumpai pada bagian alat kelamin, anus dan selangkangan.

Gejala Herpes Genital (HHV2):
  • Munculnya lecet ataupun lepuhan pada bagian sekitar kelamin dan anus. 
  • Lepuhan menyebabkan rasa gatal, juga bisa menimbulkan rasa perih. 
  • Luka atau lepuhan yang terbuka umumnya selama 1-4 hari, pada masa inilah herpes genital mudah menular.
  • Termasuk gejala awalnya adalah timbulnya rasa panas (juga bisa gatal) pada bagian sekitar alat reproduksi setelah melakukan hubungan intim.
  • Muncul rasa nyeri ketika buang air kecil, ini disebabkan kondisi lecet atau lepuhan pada area penis dan sekitarnya.
  • Biasanya juga gejala pada tahap awal berupa munculnya flu, demam, nafsu makan menurun, sakit kepala, dan nyeri sendi (seringnya pada bagian punggung dan leher).

Biasanya gejala herpes genital bisa didiagnosis sendiri, dengan merasakan adanya rasa nyeri, gatal, dan luka kecil yang muncul lebih dulu. Lalu membentuk bisul dan koreng. Setelah infeksi awal, herpes genital kemudian menjadi tidak aktif di dalam tubuh, tapi gejala bisa berpotensi kambuh dalam jangka panjang.

Pengobatan Herpes Genital
Untuk bisa mengurangi infeksi herpes genital maka biasanya dokter memberikan obat-obatan antivirus seperti asiklovir, famsiklovir, dan valasisklovir. Fungsi dari obat-obatan ini untuk mencegah perkembangan virus herpes genital, namun tidak dapat membasmi virus dari dalam tubuh hingga 100%.

Dokter juga kemungkinan menyarankan pasien untuk meredakan penyakit dengan cara perawatan mandiri di rumah berupa:
  • Membersihkan luka agar tidak menjad infeksi dan memaksimalkan proses penyembuhan.
  • Membersihkan luka bisa dengan menggunakan air biasa atau air garam.
  • Gunakan krim penghilang rasa sakit pada luka melepuh.
  • Anda bisa meringankan rasa sakit dengan cara menutup luka menggunakan es batu yang dibalut kain bersih. Jangan menempelkan es secara langsung pada kulit.
  • Perbanyak minum air putih, yang bermanfaat untuk memperkuat kekebalan tubuh dan mencegah rasa sakit saat buang air kecil.
  • Kenakan pakaian yang longgar, hal ini penting untuk mencegah gesekan yang menimbulkan rasa sakit pada luka lepuh.

Dokter spesialis biasanya akan memberikan antivirus dengan dosis lebih tinggi dalam menangani herpes genital pada penderita HIV.

Selain itu, banyak penderita HIV yang terkena HSV yang kebal terhadap obat antivirus standar. Sehingga pasien tersebut mungkin akan diresepkan jenis obat antivirus yang lebih baru.

Pada artikel berjudul Genital Herpes - CDC Fact Sheet (Cdc.gov) memuat tanya-jawab tentang penyakit herpes genital, berikut di bawah ini:

Bagaimana dokter mengetahui apakah saya menderita herpes genital?
Penyedia layanan kesehatan mungkin mendiagnosis herpes genital dengan hanya melihat gejala Anda. Selain itu juga mungkin bisa mengambil sampel dan mengujinya.

Dalam situasi tertentu, tes darah dilakukan untuk mencari antibodi herpes. Bicaralah yang jujur dan terbuka dengan penyedia layanan kesehatan dan tanyakan apakah Anda harus menjalani tes herpes.

Dapatkah herpes disembuhkan?
Sayangnya tidak ada obat untuk menyembuhkan herpes sepenuhnya. Namun, ada obat yang bisa mencegah, meringankan ataupun mengurangi lamanya waktu sakit akibat herpes.

Apa yang terjadi jika penderita tidak diobati?
Genital herpes bisa menyebabkan luka genital, dan bisa sangat parah pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Jika menyentuh luka atau cairan dari luka, maka bisa menyebarkan herpes ke bagian lain dari tubuh Anda.

Hindari menyentuhnya, apabila Anda menyentuh luka atau cairan maka segera cuci tangan dengan air bersih untuk menghindari penyebaran infeksi.

Loading...

HHV-3 (Herpes Zoster)

Human Herpes Virus 3 (HHV3) disebut juga dengan nama virus varicella-zoster. Itu merupakan jenis virus herpes yang mengakibatkan penyakit kulit cacar.

Herpes Zoster
Photo credit: Wikimedia.org

Virus tersebut tidak bisa hilang 100% dari dalam tubuh. Ketika kondisi daya tahan tubuh lemah yang disertai kondisi stres, maka virus Varicella zoster yang berdiam di dalam sel bisa “bangkit” kembali dan menyerang tubuh.

Penularan Herpes zoster bisa melalui cairan yang dikeluarkan oleh penderita saat bersin, batuk, ataupun kontak langsung dengan penderita.

Herpes zoster menimbulkan ruam yang terasa nyeri. Nyeri berpotensi bisa terus ada bahkan setelah ruam hilang (ini disebut postherpetic neuralgia).

Penderita herpes zoster kemungkinan mengalami gejala nyeri kulit, lepuh, kemerahan, rasa kesemutan atau sangat sensitif, gatal, hingga sensasi terbakar

Herpes zoster berkembang di satu sisi wajah atau tubuh. Ruam terdiri dari lecet yang biasanya mulai hilang dalam 7-10 hari.  Sebelum ruam berkembang, penderita mengalami rasa sakit, gatal, atau kesemutan di area ruam akan berkembang.

Ruam terjadi dalam satu garis di sekitar sisi kiri atau kanan tubuh. Dalam kasus lain, ruam terjadi di satu sisi wajah. Herpes zoster dapat mempengaruhi mata dan menyebabkan hilangnya penglihatan.

Herpes Zoster
Photo credit: Cdc.gov

Gejala lain dari herpes zoster bisa termasuk demam, panas dingin, sakit kepala, dan sakit perut

Pada artikel berjudul Prevention & Treatment Shingles / Herpes Zoster (Cdc.gov) menyebutkan tentang pengobatan herpes zoster. Beberapa obat antiviral seperti acyclovir, valasiklovir, dan famciclovir tersedia untuk mengobati herpes zoster, mengurangi lamanya dan tingkat keparahan penyakit.

Orang yang terkena herpes zoster harus minum obat sesegera mungkin. Analgesik (obat nyeri) juga dapat membantu meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh herpes zoster.

HHV-4 (Mononucleosis)

Human Herpes Virus 4 (HHV4) disebut juga dengan nama Epstein-Barr Virus (EBV), ini menjadi penyebab utama terjadinya infeksi mononucleosis (kissing disease). Infeksi dapat menular melalui air liur, sehingga virus ini bisa menular akibat berciuman.

Virus juga dapat menular melaui batuk, bersin, ataupun berbagi peralatan makan dengan penderita. Gejala penyakit mononucleosis yaitu:
  • Gejala umum berupa demam, nyeri otot, radang tenggorokan, kantuk, hilang nafsu makan, rasa gelisah, dan pembengkakan kelenjar tubuh.
  • Gejala khusus berupa sakit kepala, sesak nafas, leher kaku, denyut jantung cepat, mimisan, sensitif terhadap cahaya, dan sakit kuning.

Pada laman Epstein-Barr Virus Infection Symptoms, Tests & Treatment (Emedicinehealth.com) menyebutkan bahwa virus ini pertama kali ditemukan pada tahun 1964 saat Sir Michael Anthony Epstein dan Ibu Yvonne Barr menemukannya di jalur sel limfoma Burkitt.

Pada tahun 1968, virus tersebut dikaitkan dengan penyakit menular mononukleosis. Infeksi virus Epstein-Barr (EBV) juga berkaitan dengan gejala demam, sakit tenggorokan, kelenjar getah bening bengkak di leher, dan terkadang pembesaran limpa.

EBV dapat menyebabkan mononucleosis, tapi tidak semua orang yang terinfeksi virus tersebut mengalami mononucleosis. Sel darah putih yang disebut sel B adalah target utama infeksi EBV.

Mononucleosis akut menyebabkan sakit tenggorokan, demam, tubuh selalu lelah, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Sejumlah kecil orang yang terinfeksi mengalami komplikasi neurologis, ini termasuk radang otak (ensefalitis) dan lapisan otak (meningitis). Selain itu, infeksi pada sumsum tulang belakang dapat terjadi, walaupun kecil resikonya.

Mayoritas pasien yang terkena masalah komplikasi neurologis dapat sembuh total. Jarang menjalar ke organ lain seperti paru-paru atau jantung.

Mononucleosis juga menyebabkan kelelahan, yang terkadang bisa berlangsung selama berminggu-minggu atau bahkan lebih lama.

Jika Ibu hamil terinfeksi, sangat jarang janin ikut terinfeksi EBV. Bahkan di kalangan Ibu hamil yang terinfeksi EBV, tidak ada dokumentasi yang melaporkan kasus cacat lahir.

EBV juga dikaitkan dengan beberapa penyakit autoimun seperti tiroiditis autoimun, lupus eritematosus sistemik, multiple sclerosis, rheumatoid arthritis (RA), hepatitis autoimun, sindrom Sjögren, dll.

Kapan Harus Mencari Perawatan Medis Jika Terinfeksi Virus Epstein-Barr?
Virus Epstein-Barr menyebabkan mononucleosis pada sebagian besar kasus. Gejala ringan infeksi EBV bisa diobati di rumah. Temui dokter jika Anda mengalami:
  • Demam berkepanjangan
  • Sakit perut
  • Sakit kepala yang parah
  • Kesulitan bernapas
  • Sakit kuning (perubahan warna kuning pada kulit atau mata)

Jika gejala EBV menjadi kronis, Anda mungkin dirujuk ke spesialis penyakit menular atau ahli imunologi. Anda mungkin perlu menemui ahli saraf untuk mengatasi komplikasi neurologis akibat serangan EBV.

Jika limpa membesar, seseorang umumnya dirujuk ke ahli hematologi, dan jika EBV menyebabkan kanker maka akan dirujuk ke ahli onkologi.

Pengobatan Infeksi Virus Epstein-Barr
Pada dasarnya, tidak ada obat khusus untuk mengobati mononucleosis. Beberapa dokter menggunakan kortikosteroid untuk mengobati pembengkakan yang terjadi di tenggorokan, atau untuk mengobati pembesaran limpa, adapun steroid tidak dibutuhkan pada umumnya penderita.

Obat antiviral kemungkinan diresepkan untuk OHL (oral hairy leukoplakia) seperti acyclovir (Zovirax), ganciclovir (Cytovene), and foscarnet (Foscavir).

Penyakit Oral Hairy Leukoplakia adalah kondisi terjadinya lesi pada lidah. Terkadang pasien mengalami nyeri pada lesi. Risiko mengalami OHL ini bisa meningkat pada mereka yang mengalami HIV.

Tapi bukan berarti semua pasien yang mengalami OHL ini adalah penderita HIV. Munculnya penyakit OHL biasanya karena sistem kekebalan tubuh yang melemah. Penanganan OHL umumnya dengan menggunakan obat-obatan antivirus seperti acyclovir.

Selain itu, mungkin akan diperlukan podofilin yaitu zat untuk mengelentekan OHL ini.

Istirahat yang cukup, memenuhi kebutuhan cairan tubuh (utamanya air putih), dan obat peredam demam kemungkinan akan direkomendasikan oleh dokter untuk penderita mononukleosis.

Anda harus menghindari trauma (benturan keras) pada limpa, misalnya seperti olahraga kontak. Trauma pada limpa harus dihindari setidaknya selama satu bulan, atau hingga limpa tidak lagi membesar.

Hampir semua orang yang terinfeksi EBV dapat sembuh dalam waktu 1-3 bulan.

Orang yang terkena mononucleosis hendaknya menahan diri untuk tidak menyumbangkan darah sampai setidaknya enam bulan setelah dirinya sembuh. 


HHV-5 (Cytomegalovirus)

Human Herpes Virus 5 (HHV5) disebut juga sebagai Cytomegalovirus (CMV). Ini sebenarnya jenis herpes yang tidak berbahaya, hanya saja jika keadaan sistem kekebalan tubuh lemah maka dapat menyebabkan masalah pada penderitanya.

CMV bisa menular melalui hubungan seksual, pertukaran cairan tubuh, transfusi darah, dan transplantasi organ. Jika kondisi sistem kekebalan tubuh baik, maka penyakit herpes ini tidak menimbulkan gejala yang mengganggu.

Pada tulisan berjudul About Cytomegalovirus / CMV (Cdc.gov) menyebutkan bahwa kebanyakan orang yang terinfeksi CMV tidak menunjukkan gejala, hal itu karena sistem kekebalan tubuh yang baik membuat virus tidak menimbulkan penyakit.

Infeksi CMV bisa menyebabkan masalah kesehatan jika kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah.

Infeksi CMV pada orang sehat dapat menyebabkan penyakit ringan seperti demam, sakit tenggorokan, kelelahan, dan kelenjar membengkak.

Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah yang terkena CMV akan mengalami gejala yang lebih serius seperti gangguan paru-paru, hati, mata, kerongkongan, perut, dan usus.

CMV dapat menular melaui cairan tubuh seperti air kencing, air liur, darah, air mata, air mani, dan air susu ibu. Orang sehat yang terinfeksi CMV biasanya tidak memerlukan perawatan medis.

Dokter melakukan tes darah untuk mendiagnosa infeksi CMV pada orang yang telah memiliki gejalanya.

Pada artikel berjudul Cytomegalovirus / CMV Infection (Medicinenet.com) menyebutkan bahwa pengobatan untuk infeksi CMV pada dasarnya tidak diperlukan pada anak-anak dan orang dewasa yang sehat.

Adapun orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah yang terkena infeksi CMV umumnya diberikan obat antivirus.

Gansiklovir (Cytovene) adalah obat antiviral pertama yang disetujui untuk pengobatan infeksi CMV. Efek sampingnya seperti demam, ruam, diare, anemia, dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit.

Valganciclovir (Valcyte) adalah obat oral yang banyak digunakan untuk mencegah infeksi CMV (profilaksis). Penggunaannya sama efektifnya dengan gansiklovir dalam kasus yang lebih ringan.

Foscarnet (Foscavir) aktif melawan CMV dengan mekanisme yang berbeda dari gansiklovir, digunakan untuk mengobati infeksi dengan CMV yang resisten terhadap gansiklovir. Dapat dikatakan ini merupakan pengobatan cadangan untuk pasien yang tidak mentolerir pengobatan gansiklovir.

Cidofovir (Vistide) sebagai alternatif untuk pasien yang gagal dalam pengobatan gansiklovir dan foscarnet. Penggunaannya terbatas karena menyebabkan toksisitas pada ginjal.

Hal lainnya, tidak ada pengobatan rumahan (tradisional) yang terbukti efektif dalam mengobati infeksi CMV.

HHV-6 (Roseola Infantum)

Bintik-Bintik Akibat Roseola Infantum

Human Herpes Virus 6 (HHV6) yang juga disebut dengan Roseola Infantum, merupakan infeksi penyakit herpes yang umumnya menyerang bayi usia 6-15 bulan. Penularannya bisa terjadi melalui air liur penderita. Gejalanya berupa:
  • Demam tinggi selama 3-5 hari. Dalam beberapa kasus bisa menimbulkan kejang pada bayi (akibat demam tinggi).
  • Timbul bintik merah pada kulit bayi setelah demam turun.
  • Timbul pembengkakan kelenjar di bagian depan atau belakang leher, juga bisa disertai dengan kelopak mata bengkak dan hidung meler.
  • Diare ringan. 

Dari laman Medscape.com menyebutkan bahwa HHV-6 terdiri dari 2 bentuk, A dan B. Pada tahun 2012, HHV-6A dan HHV-6B secara resmi dianggap spesies yang berbeda daripada varian dari 1 spesies.

HHV-6B menyebabkan penyakit anak-anak roseola infantum. Manifestasi khusus infeksi HHV-6A masih belum terdefinisi.

Infeksi primer HHV-6B biasanya terjadi pada bayi, menimbulkan gejala demam pada anak usia 6-24 bulan. Pada pasien yang terinfeksi HIV, infeksi HHV-6 bisa bresiko mempercepat perkembangan AIDS.

Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi HHV-6 yang telah ditetapkan. Pengobatan bervariasi sesuai dengan kondisi dari penderita. Dalam beberapa kasus, bayi penderita memerlukan rawat inap.

Antiviral seperti gansiklovir dan foscarnet telah disarankan untuk pengobatan dalam kondisi akut, namun belum ada bukti ilmiahnya. Selain itu, belum ada vaksin untuk virus ini.

Pada artikel berjudul Human Herpesvirus 6 Infection Treatment & Management (Medscape.com) menyebutkan bahwa pengobatan infeksi herpesvirus 6 (HHV-6) bervariasi sesuai dengan kondisi klinis yang ada.

Pengobatan biasanya tidak perlu untuk infeksi primer. Pada bayi yang terkena roseola infantum, pengobatan bersifat suportif.

Adapun bayi yang mengalami kejang maupun demam umumnya harus dirawat di rumah sakit. Secara keseluruhan, sekitar 13% bayi yang terkena infeksi akut HHV-6 memerlukan rawat inap.

Pengobatan khusus untuk infeksi HHV-6 akut masih dalam penelitian. Beberapa ahli merekomendasikan gansiklovir dan foscarnet pada kondisi yang berat.

Perlu diketahui infeksi HHV-6 belum dapat dicegah dan belum ada vaksinnya. Pastikan istirahat yang cukup pada Anak-anak yang terkena roseola.

loading...

HHV-7 (Roseola pada Anak)

Human Herpes Virus 7 (HHV7) adalah infeksi penyakit herpes yang menyerang anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun. Gejala penyakit roseola pada anak-anak yaitu:
  • Adanya penurunan pada nafsu makan anak.
  • Demam tinggi dan gejala flu ringan, umumnya berlangsung 5-7 hari.
  • Anak menjadi sering rewel. 
  • Setelah demam mereda, lalu akan timbul ruam berwarna merah muda. Ruam tersebut dapat muncul pada semua bagian tubuh anak. 
  • Ketika disentuh, ruam tersebut berubah warna menjadi cenderung putih.

Roseola infeksi virus yang menyerang bayi atau anak-anak, yang ditandai dengan munculnya gejala demam dan ruam merah muda di kulit.

Cara penularan infeksinya sama seperti cara penularan penyakit pilek, serta penularan melalui benda-benda yang telah terpapar virus tersebut.

Penyakit ini umumnya dapat sembuh dalam waktu satu minggu. Untuk pengobatannya, pada dasarnya tidak diperlukan pengobatan khusus dalam menangani roseola.

Ketika anak mulai mengalami demam, maka pastikan dirinya dapat beristirahat yang cukup dan juga nyaman, pastikan suhu ruangan tetap sejuk.

Apabila diperlukan (karena anak demam), Anda bisa melakukan kompres dahi. Jangan memakai air  dingin karena bisa membuat anak menggigil. Selain itu, pastikan anak minum air putih yang cukup untuk mengindari dehidrasi.

Apabila demam membuat anak merasa sangat tidak nyaman, maka Anda bisa memberikan obat pereda nyeri seperti paracetamol atau ibuprofen.

Penderita perlu dibawa ke dokter apabila ruam belum hilang setelah 3 hari, mengalami demam sangat tinggi, dan demam tidak kunjung mereda.

HHV-8 (Sarkoma Kaposi)

Human Herpes Virus 8 (HHV8) merupakan jenis herpes yang bisa menyebabkan pembentukan tumor pada penderita AIDS. Hal ini sering dinamai dengan Sarkoma Kaposi.

Sarkoma Kaposi
Photo credit: Wikipedia.org

HHV8 bisa menyebabkan kanker lainnya yang berhubungan dengan AIDS. Infeksi dapat menyebar pada bagian kulit, saluran pernafasan, mulut, dan saluran pencernaan.

Gejala penyakit sarkoma kaposi:
  • Pada kulit muncul bintik (atau bisul) yang berwarna merah, hitam, ungu ataupun coklat. Bintik tersebut muncul di bagian kulit wajah, mulut, alat kelamin dan telapak kaki. 
  • Adapun bintik pada bagian telapak kaki terkadang berbentuk plak. 
  • Timbul sesak nafas, demam, batuk (terkadang batuk darah), dan nyeri pada dada.
  • Gangguan saluran pencernaan seperti diare, muntah, turunnya berat badan dan gangguan perut.

Sarkoma Kaposi muncul akibat infeksi virus, dampaknya berupa resiko penyakit kanker atau tumor.

Penderita HIV yang terserang sarkoma kaposi akan diberi pengobatan untuk mencegah virus berlipat ganda dan juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dengan baiknya sistem kekebalan tubuh maka akan dapat menekan jumlah HHV-8 di dalam tubuh.

Jika kondisi penyakit sarkoma tidak banyak jumlahnya, dan ukurannya masih kecil maka beberapa prosedur medis yang mungkin dilakukan dokter, yaitu:
  • Kemoterapi: Obat-obatan untuk menghambat atau menghentikan perkembangan sel kanker.
  • Radioterapi: Terapi memakai sinar radiasi untuk menghancurkan sel kanker.
  • Krioterapi: Terapi untuk membunuh sel kanker dengan cara membekukan area (jaringan) tubuh yang berada di dekat sekitar sel kanker.

Penderita hendaknya pergi ke dokter untuk berkonsultasi lebih lanjut tentang penyakit sarkoma Kaposi ini.

Herpes adalah suatu penyakit pada kulit tubuh yang diakibatkan serangan virus herpes.  Nama virusnya dikenal dengan istilah HHV (Human Herpes Virus).

Herpes juga tergolong dalam penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini bisa menular melalui media mulut, vagina, dan kulit yang luka. Virus pada herpes bisa timbul dan hilang pada waktu tertentu.

Virus herpes ini memiliki banyak jenis (tipe) yaitu HHV1-HHV8. Pada masing-masing tipe virus menyebabkan penyakit kulit herpes yang berbeda.

Terdapat beberapa jenis penyakit herpes sesuai dengan penyebabnya, berikut di bawah ini penjelasannya:

HHV-1 (Herpes Liabialis)

Human Herpes Virus 1 (HHV1) juga sering disebut dengan nama virus herpes simplex 1 (HSV1). Herpes liabialis menyerang area mulut, hidung dan area pinggang ke atas.

Herpes Liabialis
Photo credit: Wikimedia.org

Penularannya bisa terjadi dari adanya kontak fisik secara langsung pada penderita. Selain itu, penularan juga bisa terjadi dari kontak dengan benda-benda yang pernah dipegang penderita, seperti handuk, peralatan makan, pisau cukur dan semacamnya.

Gejala Herpes liabialis yaitu:
  • Rasa gatal pada mulut
  • Rasa kesemutan
  • Munculnya lepuhan kecil pada area sekitar hidung, mulut, atau area lain di wajah. Nantinya lepuhan akan mengering, dan dalam waktu 8-10 hari sembuh dengan sendirinya.

Selain itu HHV 1 juga menimbulkan gejala berupa ruam, kemerahan, lepuh, hingga sensasi terbakar. HHV1 dapat berkembang dari kontak kulit ke kulit.

Belum ditemukan cara memusnahkan virus herpes sepenuhnya dari tubuh. Pengobatan biasanya dilakukan dengan menggunakan obat antiviral yang bertujuan umum untuk mengcegah replikasi atau perkembangan virus, mengurangi dampak, serta menurunkan kemungkinan penularan ke orang lain.

Penanganan herpes labialis harus dilakukan dengan segera sebelum semakin memburuk dan menular. HHV1 bisa sangat menular, terutama ketika lepuh mengalirkan cairan. Tapi, virus tidak selalu menimbulkan luka.

Virus dapat lebih aktif dan berkembang karena beberapa penyebab seperti sering stres, sering terkena paparan sinar matahari langsung, sering lelah, menurunnya sistem kekebalan tubuh, perubahan hormonal (khususnya ketika menstruasi), dan trauma pada kulit

Penyakit herpes labialis bisa menyebabkan kesemutan maupun sensasi terbakar di area sekitar bibir atau hidung, kondisi ini terjadi 1-2 hari sebelum lepuh meletus.

Luka biasanya dapat hilang dengan sendirinya dalam waktu seminggu atau lebih, namun Anda hendaknya tetap melakukan pengobatan.

Pada artikel berjudul Recurrent Herpes Simplex Labialis (Healthline.com) menjelaskan tentang gejala herpes labialis, lepuh mungkin muncul di area sekitar mulut dalam 1-3 minggu setelah kontak pertama Anda dengan virus.

Mengenai diagnosa, dokter biasanya akan memeriksa lecet dan luka di wajah Anda. Mereka mungkin juga mengirimkan sampel blister ke laboratorium untuk menguji HSV-1 secara khusus.

Mengenai komplikasi, herpes labialis bisa berbahaya jika lepuh atau luka terjadi di dekat mata. Selain itu, penyebaran virus berpotensi ke bagian kulit lainnya.

Pengobatan
HSV-1 bisa tetap berada di tubuh selamanya, bahkan jika Anda tidak mengalami gejalanya secara berulang. Gejala berulang biasanya hilang dalam 1-2 minggu tanpa pengobatan apapun. Lepuh biasanya akan menjadi kerak sebelum menghilang.

Untuk perawatan di rumah, Anda bisa menerapkan es ataupun kain hangat ke wajah untuk meredakan rasa sakit. Beberapa orang memilih menggunakan krim kulit, tapi krim ini biasanya hanya berguna untuk memperpendek gejala kambuh satu atau dua hari.

Dokter mungkin meresepkan obat antiviral oral untuk melawan virus, seperti:
  • Acyclovir
  • Famciclovir
  • Valacyclovir

Obat ini bekerja lebih baik apabila Anda menggunakannya saat baru saja mengalami tanda-tanda awal dari mulut yang sakit, seperti kesemutan di bibir, dan sebelum lecet muncul.

Untuk kasus herpes labialis berulang yang sering menyerang mulut, dokter Anda mungkin menyarankan untuk menggunakan obat ini setiap saat.

Mencegah Penyebaran Herpes:
  • Cucilah semua barang yang pernah kontak dengan luka yang terinfeksi, seperti handuk. Cuci handuk dalam air panas.
  • Jangan berbagi peralatan makanan atau barang pribadi lainnya dengan orang lain (yang terkena herpes).
  • Jangan berbagi krim kulit dengan siapa saja.
  • Agar virus tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya, jangan sentuh lecet atau luka. Jika Anda terlanjur melakukannya maka segera cuci tangan dengan sabun dan air.

Gejala biasanya hilang dalam 1-2 minggu, tapi sakit bisa berpotensi kembali berulang. Tingkat keparahan luka biasanya berkurang saat seseorang bertambah tua.

Infeksi di dekat mata dan mereka yang mengalami masalah kekebalan tubuh, tampaknya perlu menemui dokter.


HHV-2 (Herpes Genital)

Human Herpes Virus 2 (HHV2) menyebabkan penyakit herpes genital, ini termasuk penyakit menular seksual yang dapat menginfeksi. Selain itu dapat menginfeksi kulit bagian wajah.

Herpes Genital
Herpes Genital | Photo credit: Blog.james-stones.me.uk

Seperti halnya HHV1, infeksi HHV2 dapat menular dan menyebar dengan melalui kontak kulit. Umumnya penularan HHV2 melalui kontak seksual, virus ini tidak dapat bertahan lama di luar tubuh manusia

Herpes genital umumnya dijumpai pada bagian alat kelamin, anus dan selangkangan.

Gejala Herpes Genital (HHV2):
  • Munculnya lecet ataupun lepuhan pada bagian sekitar kelamin dan anus. 
  • Lepuhan menyebabkan rasa gatal, juga bisa menimbulkan rasa perih. 
  • Luka atau lepuhan yang terbuka umumnya selama 1-4 hari, pada masa inilah herpes genital mudah menular.
  • Termasuk gejala awalnya adalah timbulnya rasa panas (juga bisa gatal) pada bagian sekitar alat reproduksi setelah melakukan hubungan intim.
  • Muncul rasa nyeri ketika buang air kecil, ini disebabkan kondisi lecet atau lepuhan pada area penis dan sekitarnya.
  • Biasanya juga gejala pada tahap awal berupa munculnya flu, demam, nafsu makan menurun, sakit kepala, dan nyeri sendi (seringnya pada bagian punggung dan leher).

Biasanya gejala herpes genital bisa didiagnosis sendiri, dengan merasakan adanya rasa nyeri, gatal, dan luka kecil yang muncul lebih dulu. Lalu membentuk bisul dan koreng. Setelah infeksi awal, herpes genital kemudian menjadi tidak aktif di dalam tubuh, tapi gejala bisa berpotensi kambuh dalam jangka panjang.

Pengobatan Herpes Genital
Untuk bisa mengurangi infeksi herpes genital maka biasanya dokter memberikan obat-obatan antivirus seperti asiklovir, famsiklovir, dan valasisklovir. Fungsi dari obat-obatan ini untuk mencegah perkembangan virus herpes genital, namun tidak dapat membasmi virus dari dalam tubuh hingga 100%.

Dokter juga kemungkinan menyarankan pasien untuk meredakan penyakit dengan cara perawatan mandiri di rumah berupa:
  • Membersihkan luka agar tidak menjad infeksi dan memaksimalkan proses penyembuhan.
  • Membersihkan luka bisa dengan menggunakan air biasa atau air garam.
  • Gunakan krim penghilang rasa sakit pada luka melepuh.
  • Anda bisa meringankan rasa sakit dengan cara menutup luka menggunakan es batu yang dibalut kain bersih. Jangan menempelkan es secara langsung pada kulit.
  • Perbanyak minum air putih, yang bermanfaat untuk memperkuat kekebalan tubuh dan mencegah rasa sakit saat buang air kecil.
  • Kenakan pakaian yang longgar, hal ini penting untuk mencegah gesekan yang menimbulkan rasa sakit pada luka lepuh.

Dokter spesialis biasanya akan memberikan antivirus dengan dosis lebih tinggi dalam menangani herpes genital pada penderita HIV.

Selain itu, banyak penderita HIV yang terkena HSV yang kebal terhadap obat antivirus standar. Sehingga pasien tersebut mungkin akan diresepkan jenis obat antivirus yang lebih baru.

Pada artikel berjudul Genital Herpes - CDC Fact Sheet (Cdc.gov) memuat tanya-jawab tentang penyakit herpes genital, berikut di bawah ini:

Bagaimana dokter mengetahui apakah saya menderita herpes genital?
Penyedia layanan kesehatan mungkin mendiagnosis herpes genital dengan hanya melihat gejala Anda. Selain itu juga mungkin bisa mengambil sampel dan mengujinya.

Dalam situasi tertentu, tes darah dilakukan untuk mencari antibodi herpes. Bicaralah yang jujur dan terbuka dengan penyedia layanan kesehatan dan tanyakan apakah Anda harus menjalani tes herpes.

Dapatkah herpes disembuhkan?
Sayangnya tidak ada obat untuk menyembuhkan herpes sepenuhnya. Namun, ada obat yang bisa mencegah, meringankan ataupun mengurangi lamanya waktu sakit akibat herpes.

Apa yang terjadi jika penderita tidak diobati?
Genital herpes bisa menyebabkan luka genital, dan bisa sangat parah pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Jika menyentuh luka atau cairan dari luka, maka bisa menyebarkan herpes ke bagian lain dari tubuh Anda.

Hindari menyentuhnya, apabila Anda menyentuh luka atau cairan maka segera cuci tangan dengan air bersih untuk menghindari penyebaran infeksi.

Loading...

HHV-3 (Herpes Zoster)

Human Herpes Virus 3 (HHV3) disebut juga dengan nama virus varicella-zoster. Itu merupakan jenis virus herpes yang mengakibatkan penyakit kulit cacar.

Herpes Zoster
Photo credit: Wikimedia.org

Virus tersebut tidak bisa hilang 100% dari dalam tubuh. Ketika kondisi daya tahan tubuh lemah yang disertai kondisi stres, maka virus Varicella zoster yang berdiam di dalam sel bisa “bangkit” kembali dan menyerang tubuh.

Penularan Herpes zoster bisa melalui cairan yang dikeluarkan oleh penderita saat bersin, batuk, ataupun kontak langsung dengan penderita.

Herpes zoster menimbulkan ruam yang terasa nyeri. Nyeri berpotensi bisa terus ada bahkan setelah ruam hilang (ini disebut postherpetic neuralgia).

Penderita herpes zoster kemungkinan mengalami gejala nyeri kulit, lepuh, kemerahan, rasa kesemutan atau sangat sensitif, gatal, hingga sensasi terbakar

Herpes zoster berkembang di satu sisi wajah atau tubuh. Ruam terdiri dari lecet yang biasanya mulai hilang dalam 7-10 hari.  Sebelum ruam berkembang, penderita mengalami rasa sakit, gatal, atau kesemutan di area ruam akan berkembang.

Ruam terjadi dalam satu garis di sekitar sisi kiri atau kanan tubuh. Dalam kasus lain, ruam terjadi di satu sisi wajah. Herpes zoster dapat mempengaruhi mata dan menyebabkan hilangnya penglihatan.

Herpes Zoster
Photo credit: Cdc.gov

Gejala lain dari herpes zoster bisa termasuk demam, panas dingin, sakit kepala, dan sakit perut

Pada artikel berjudul Prevention & Treatment Shingles / Herpes Zoster (Cdc.gov) menyebutkan tentang pengobatan herpes zoster. Beberapa obat antiviral seperti acyclovir, valasiklovir, dan famciclovir tersedia untuk mengobati herpes zoster, mengurangi lamanya dan tingkat keparahan penyakit.

Orang yang terkena herpes zoster harus minum obat sesegera mungkin. Analgesik (obat nyeri) juga dapat membantu meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh herpes zoster.

HHV-4 (Mononucleosis)

Human Herpes Virus 4 (HHV4) disebut juga dengan nama Epstein-Barr Virus (EBV), ini menjadi penyebab utama terjadinya infeksi mononucleosis (kissing disease). Infeksi dapat menular melalui air liur, sehingga virus ini bisa menular akibat berciuman.

Virus juga dapat menular melaui batuk, bersin, ataupun berbagi peralatan makan dengan penderita. Gejala penyakit mononucleosis yaitu:
  • Gejala umum berupa demam, nyeri otot, radang tenggorokan, kantuk, hilang nafsu makan, rasa gelisah, dan pembengkakan kelenjar tubuh.
  • Gejala khusus berupa sakit kepala, sesak nafas, leher kaku, denyut jantung cepat, mimisan, sensitif terhadap cahaya, dan sakit kuning.

Pada laman Epstein-Barr Virus Infection Symptoms, Tests & Treatment (Emedicinehealth.com) menyebutkan bahwa virus ini pertama kali ditemukan pada tahun 1964 saat Sir Michael Anthony Epstein dan Ibu Yvonne Barr menemukannya di jalur sel limfoma Burkitt.

Pada tahun 1968, virus tersebut dikaitkan dengan penyakit menular mononukleosis. Infeksi virus Epstein-Barr (EBV) juga berkaitan dengan gejala demam, sakit tenggorokan, kelenjar getah bening bengkak di leher, dan terkadang pembesaran limpa.

EBV dapat menyebabkan mononucleosis, tapi tidak semua orang yang terinfeksi virus tersebut mengalami mononucleosis. Sel darah putih yang disebut sel B adalah target utama infeksi EBV.

Mononucleosis akut menyebabkan sakit tenggorokan, demam, tubuh selalu lelah, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Sejumlah kecil orang yang terinfeksi mengalami komplikasi neurologis, ini termasuk radang otak (ensefalitis) dan lapisan otak (meningitis). Selain itu, infeksi pada sumsum tulang belakang dapat terjadi, walaupun kecil resikonya.

Mayoritas pasien yang terkena masalah komplikasi neurologis dapat sembuh total. Jarang menjalar ke organ lain seperti paru-paru atau jantung.

Mononucleosis juga menyebabkan kelelahan, yang terkadang bisa berlangsung selama berminggu-minggu atau bahkan lebih lama.

Jika Ibu hamil terinfeksi, sangat jarang janin ikut terinfeksi EBV. Bahkan di kalangan Ibu hamil yang terinfeksi EBV, tidak ada dokumentasi yang melaporkan kasus cacat lahir.

EBV juga dikaitkan dengan beberapa penyakit autoimun seperti tiroiditis autoimun, lupus eritematosus sistemik, multiple sclerosis, rheumatoid arthritis (RA), hepatitis autoimun, sindrom Sjögren, dll.

Kapan Harus Mencari Perawatan Medis Jika Terinfeksi Virus Epstein-Barr?
Virus Epstein-Barr menyebabkan mononucleosis pada sebagian besar kasus. Gejala ringan infeksi EBV bisa diobati di rumah. Temui dokter jika Anda mengalami:
  • Demam berkepanjangan
  • Sakit perut
  • Sakit kepala yang parah
  • Kesulitan bernapas
  • Sakit kuning (perubahan warna kuning pada kulit atau mata)

Jika gejala EBV menjadi kronis, Anda mungkin dirujuk ke spesialis penyakit menular atau ahli imunologi. Anda mungkin perlu menemui ahli saraf untuk mengatasi komplikasi neurologis akibat serangan EBV.

Jika limpa membesar, seseorang umumnya dirujuk ke ahli hematologi, dan jika EBV menyebabkan kanker maka akan dirujuk ke ahli onkologi.

Pengobatan Infeksi Virus Epstein-Barr
Pada dasarnya, tidak ada obat khusus untuk mengobati mononucleosis. Beberapa dokter menggunakan kortikosteroid untuk mengobati pembengkakan yang terjadi di tenggorokan, atau untuk mengobati pembesaran limpa, adapun steroid tidak dibutuhkan pada umumnya penderita.

Obat antiviral kemungkinan diresepkan untuk OHL (oral hairy leukoplakia) seperti acyclovir (Zovirax), ganciclovir (Cytovene), and foscarnet (Foscavir).

Penyakit Oral Hairy Leukoplakia adalah kondisi terjadinya lesi pada lidah. Terkadang pasien mengalami nyeri pada lesi. Risiko mengalami OHL ini bisa meningkat pada mereka yang mengalami HIV.

Tapi bukan berarti semua pasien yang mengalami OHL ini adalah penderita HIV. Munculnya penyakit OHL biasanya karena sistem kekebalan tubuh yang melemah. Penanganan OHL umumnya dengan menggunakan obat-obatan antivirus seperti acyclovir.

Selain itu, mungkin akan diperlukan podofilin yaitu zat untuk mengelentekan OHL ini.

Istirahat yang cukup, memenuhi kebutuhan cairan tubuh (utamanya air putih), dan obat peredam demam kemungkinan akan direkomendasikan oleh dokter untuk penderita mononukleosis.

Anda harus menghindari trauma (benturan keras) pada limpa, misalnya seperti olahraga kontak. Trauma pada limpa harus dihindari setidaknya selama satu bulan, atau hingga limpa tidak lagi membesar.

Hampir semua orang yang terinfeksi EBV dapat sembuh dalam waktu 1-3 bulan.

Orang yang terkena mononucleosis hendaknya menahan diri untuk tidak menyumbangkan darah sampai setidaknya enam bulan setelah dirinya sembuh. 


HHV-5 (Cytomegalovirus)

Human Herpes Virus 5 (HHV5) disebut juga sebagai Cytomegalovirus (CMV). Ini sebenarnya jenis herpes yang tidak berbahaya, hanya saja jika keadaan sistem kekebalan tubuh lemah maka dapat menyebabkan masalah pada penderitanya.

CMV bisa menular melalui hubungan seksual, pertukaran cairan tubuh, transfusi darah, dan transplantasi organ. Jika kondisi sistem kekebalan tubuh baik, maka penyakit herpes ini tidak menimbulkan gejala yang mengganggu.

Pada tulisan berjudul About Cytomegalovirus / CMV (Cdc.gov) menyebutkan bahwa kebanyakan orang yang terinfeksi CMV tidak menunjukkan gejala, hal itu karena sistem kekebalan tubuh yang baik membuat virus tidak menimbulkan penyakit.

Infeksi CMV bisa menyebabkan masalah kesehatan jika kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah.

Infeksi CMV pada orang sehat dapat menyebabkan penyakit ringan seperti demam, sakit tenggorokan, kelelahan, dan kelenjar membengkak.

Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah yang terkena CMV akan mengalami gejala yang lebih serius seperti gangguan paru-paru, hati, mata, kerongkongan, perut, dan usus.

CMV dapat menular melaui cairan tubuh seperti air kencing, air liur, darah, air mata, air mani, dan air susu ibu. Orang sehat yang terinfeksi CMV biasanya tidak memerlukan perawatan medis.

Dokter melakukan tes darah untuk mendiagnosa infeksi CMV pada orang yang telah memiliki gejalanya.

Pada artikel berjudul Cytomegalovirus / CMV Infection (Medicinenet.com) menyebutkan bahwa pengobatan untuk infeksi CMV pada dasarnya tidak diperlukan pada anak-anak dan orang dewasa yang sehat.

Adapun orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah yang terkena infeksi CMV umumnya diberikan obat antivirus.

Gansiklovir (Cytovene) adalah obat antiviral pertama yang disetujui untuk pengobatan infeksi CMV. Efek sampingnya seperti demam, ruam, diare, anemia, dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit.

Valganciclovir (Valcyte) adalah obat oral yang banyak digunakan untuk mencegah infeksi CMV (profilaksis). Penggunaannya sama efektifnya dengan gansiklovir dalam kasus yang lebih ringan.

Foscarnet (Foscavir) aktif melawan CMV dengan mekanisme yang berbeda dari gansiklovir, digunakan untuk mengobati infeksi dengan CMV yang resisten terhadap gansiklovir. Dapat dikatakan ini merupakan pengobatan cadangan untuk pasien yang tidak mentolerir pengobatan gansiklovir.

Cidofovir (Vistide) sebagai alternatif untuk pasien yang gagal dalam pengobatan gansiklovir dan foscarnet. Penggunaannya terbatas karena menyebabkan toksisitas pada ginjal.

Hal lainnya, tidak ada pengobatan rumahan (tradisional) yang terbukti efektif dalam mengobati infeksi CMV.

HHV-6 (Roseola Infantum)

Bintik-Bintik Akibat Roseola Infantum

Human Herpes Virus 6 (HHV6) yang juga disebut dengan Roseola Infantum, merupakan infeksi penyakit herpes yang umumnya menyerang bayi usia 6-15 bulan. Penularannya bisa terjadi melalui air liur penderita. Gejalanya berupa:
  • Demam tinggi selama 3-5 hari. Dalam beberapa kasus bisa menimbulkan kejang pada bayi (akibat demam tinggi).
  • Timbul bintik merah pada kulit bayi setelah demam turun.
  • Timbul pembengkakan kelenjar di bagian depan atau belakang leher, juga bisa disertai dengan kelopak mata bengkak dan hidung meler.
  • Diare ringan. 

Dari laman Medscape.com menyebutkan bahwa HHV-6 terdiri dari 2 bentuk, A dan B. Pada tahun 2012, HHV-6A dan HHV-6B secara resmi dianggap spesies yang berbeda daripada varian dari 1 spesies.

HHV-6B menyebabkan penyakit anak-anak roseola infantum. Manifestasi khusus infeksi HHV-6A masih belum terdefinisi.

Infeksi primer HHV-6B biasanya terjadi pada bayi, menimbulkan gejala demam pada anak usia 6-24 bulan. Pada pasien yang terinfeksi HIV, infeksi HHV-6 bisa bresiko mempercepat perkembangan AIDS.

Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi HHV-6 yang telah ditetapkan. Pengobatan bervariasi sesuai dengan kondisi dari penderita. Dalam beberapa kasus, bayi penderita memerlukan rawat inap.

Antiviral seperti gansiklovir dan foscarnet telah disarankan untuk pengobatan dalam kondisi akut, namun belum ada bukti ilmiahnya. Selain itu, belum ada vaksin untuk virus ini.

Pada artikel berjudul Human Herpesvirus 6 Infection Treatment & Management (Medscape.com) menyebutkan bahwa pengobatan infeksi herpesvirus 6 (HHV-6) bervariasi sesuai dengan kondisi klinis yang ada.

Pengobatan biasanya tidak perlu untuk infeksi primer. Pada bayi yang terkena roseola infantum, pengobatan bersifat suportif.

Adapun bayi yang mengalami kejang maupun demam umumnya harus dirawat di rumah sakit. Secara keseluruhan, sekitar 13% bayi yang terkena infeksi akut HHV-6 memerlukan rawat inap.

Pengobatan khusus untuk infeksi HHV-6 akut masih dalam penelitian. Beberapa ahli merekomendasikan gansiklovir dan foscarnet pada kondisi yang berat.

Perlu diketahui infeksi HHV-6 belum dapat dicegah dan belum ada vaksinnya. Pastikan istirahat yang cukup pada Anak-anak yang terkena roseola.

loading...

HHV-7 (Roseola pada Anak)

Human Herpes Virus 7 (HHV7) adalah infeksi penyakit herpes yang menyerang anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun. Gejala penyakit roseola pada anak-anak yaitu:
  • Adanya penurunan pada nafsu makan anak.
  • Demam tinggi dan gejala flu ringan, umumnya berlangsung 5-7 hari.
  • Anak menjadi sering rewel. 
  • Setelah demam mereda, lalu akan timbul ruam berwarna merah muda. Ruam tersebut dapat muncul pada semua bagian tubuh anak. 
  • Ketika disentuh, ruam tersebut berubah warna menjadi cenderung putih.

Roseola infeksi virus yang menyerang bayi atau anak-anak, yang ditandai dengan munculnya gejala demam dan ruam merah muda di kulit.

Cara penularan infeksinya sama seperti cara penularan penyakit pilek, serta penularan melalui benda-benda yang telah terpapar virus tersebut.

Penyakit ini umumnya dapat sembuh dalam waktu satu minggu. Untuk pengobatannya, pada dasarnya tidak diperlukan pengobatan khusus dalam menangani roseola.

Ketika anak mulai mengalami demam, maka pastikan dirinya dapat beristirahat yang cukup dan juga nyaman, pastikan suhu ruangan tetap sejuk.

Apabila diperlukan (karena anak demam), Anda bisa melakukan kompres dahi. Jangan memakai air  dingin karena bisa membuat anak menggigil. Selain itu, pastikan anak minum air putih yang cukup untuk mengindari dehidrasi.

Apabila demam membuat anak merasa sangat tidak nyaman, maka Anda bisa memberikan obat pereda nyeri seperti paracetamol atau ibuprofen.

Penderita perlu dibawa ke dokter apabila ruam belum hilang setelah 3 hari, mengalami demam sangat tinggi, dan demam tidak kunjung mereda.

HHV-8 (Sarkoma Kaposi)

Human Herpes Virus 8 (HHV8) merupakan jenis herpes yang bisa menyebabkan pembentukan tumor pada penderita AIDS. Hal ini sering dinamai dengan Sarkoma Kaposi.

Sarkoma Kaposi
Photo credit: Wikipedia.org

HHV8 bisa menyebabkan kanker lainnya yang berhubungan dengan AIDS. Infeksi dapat menyebar pada bagian kulit, saluran pernafasan, mulut, dan saluran pencernaan.

Gejala penyakit sarkoma kaposi:
  • Pada kulit muncul bintik (atau bisul) yang berwarna merah, hitam, ungu ataupun coklat. Bintik tersebut muncul di bagian kulit wajah, mulut, alat kelamin dan telapak kaki. 
  • Adapun bintik pada bagian telapak kaki terkadang berbentuk plak. 
  • Timbul sesak nafas, demam, batuk (terkadang batuk darah), dan nyeri pada dada.
  • Gangguan saluran pencernaan seperti diare, muntah, turunnya berat badan dan gangguan perut.

Sarkoma Kaposi muncul akibat infeksi virus, dampaknya berupa resiko penyakit kanker atau tumor.

Penderita HIV yang terserang sarkoma kaposi akan diberi pengobatan untuk mencegah virus berlipat ganda dan juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dengan baiknya sistem kekebalan tubuh maka akan dapat menekan jumlah HHV-8 di dalam tubuh.

Jika kondisi penyakit sarkoma tidak banyak jumlahnya, dan ukurannya masih kecil maka beberapa prosedur medis yang mungkin dilakukan dokter, yaitu:
  • Kemoterapi: Obat-obatan untuk menghambat atau menghentikan perkembangan sel kanker.
  • Radioterapi: Terapi memakai sinar radiasi untuk menghancurkan sel kanker.
  • Krioterapi: Terapi untuk membunuh sel kanker dengan cara membekukan area (jaringan) tubuh yang berada di dekat sekitar sel kanker.

Penderita hendaknya pergi ke dokter untuk berkonsultasi lebih lanjut tentang penyakit sarkoma Kaposi ini.

Related Posts:

Cara Hilangkan Gatal Akibat Ulat Bulu (Mitos: Ulat Bulu Mematikan)

February 2018 - Bertemu lagi dengan saya Admin Go Sehat Pedia, Kali ini saya menulis artikel dengan judul February 2018, semoga saja isi postingan mengenai Pengetahuan Kesehatan, bermanfaat buat sahabat Go Sehat Pedia.

Judul : Cara Hilangkan Gatal Akibat Ulat Bulu (Mitos: Ulat Bulu Mematikan)
link : Cara Hilangkan Gatal Akibat Ulat Bulu (Mitos: Ulat Bulu Mematikan)
Selama ini, umumnya masyarakat menyebut ulat yang membuat gatal-gatal dengan sebutan ulat bulu. Tapi, jenis ulat penyebab gatal ternyata beragam

Seorang peneliti serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bernama Hari Sutrisno, menjelaskan setidaknya terdapat tiga golongan ulat penyebab gatal.

Ulat Bulu (Lymantriidae)
Ulat Bulu (Lymantriidae) | Photo credit: Wikimedia.org

Golongan pertama adalah ulat famili Lymantridae. Nah, jenis ulat inilah yang sering disebut sebagai ulat bulu oleh masyarakat.

Ulat bulu memiliki bulu dengan ujung yang lancip. Saat jatuh atau terkena pada permukaan kulit manusia, ujung bulu akan patah lalu masuk ke pori-pori. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya rasa gatal.

Ulat Bulu Tebal (Lasiocampidae)
Ulat Bulu Tebal (Lasiocampidae) | Photo credit: Wikimedia.org

Gologan kedua adalah ulat dengan bulu yang lebih tebal dan tajam. Golongan ulat itu diklasifikasikan dalam famili Lasiocampidae.

Bulu-bulunya (ulat bulu golongan kedua) selain lebih tebal juga menyerupai mata gerjaji, kalau mengenai kulit tubuh, rasanya lebih gatal daripada ulat bulu biasa.

Golongan ketiga adalah yang memberikan efek paling parah yaitu Limacodidae. Ini sering disebut sebagai ulat api.

Disebut ulat api karena kalau kita kena, rasanya selain gatal juga akan sangat perih seperti terbakar.

Limacodidae (ulat api) menyuntikkan racun histamin sehingga memunculkan sensasi perih dan rasa sangat gatal pada kulit. Selain itu, dampak racun tersebut juga bisa memicu peradangan pada kulit.


Hari Sutrisno menjelaskan bahwa pada dasarnya rasa gatal akibat ulat bersifat lokal. Dimana apabila hanya tangan yang terkena ulat bulu, maka hanya bagian tangan itu saja yang mengalami gatal.

Yang menjadi masalah ketika seseorang salah dalam menangani gatal akibat ulat bulu. Misalnya mengusir ulat bulu dengan tangan, sering menggaruk kulit yang gatal, dan hal-hal kurang baik lainnya.

Melakukan tindakan seperti ini menyebabkan rasa gatal bisa menyebar ke bagian tubuh lain.

Selain itu, gatal dapat dirasakan pada banyak bagian tubuh jika ulat bulu mengenai benda yang biasa dipakai pada tubuh, seperti baju dan handuk.

Sehingga penting menjaga kebersihan barang-barang yang bersentuhan langsung dengan kulit Anda (seperti baju, handuk, sepatu, celana, bantal, guling, dll)

Ingat, jangan menggunakan tangan dalam mengusir ulat bulu, hendaknya menggunakan pinset atau alat semacamnya.

Jangan menggaruk pada bagian tubuh yang terkena gatal akibat ulat bulu, caranya gunakan selotip atau plester untuk menutupi gatal beberapa saat, lalu lepaskan kembali. Kegunaan selotip atau plester juga dapat menarik bulu keluar dari kulit.

Adapun jika seseorang terkena ulat api, cara mengatasinya dengan menggunakan krim antihistamin. Jika rasa gatal dan perih yang dialami sangat parah, maka hendaknya pergi ke dokter. Umumnya akan diberikan resep berupa antihistamin oral.

Ulat Limacodidae yang Beracun (Ulat Api)
Ulat Limacodidae yang Beracun (Ulat Api) | Photo credit: Wikipedia.org

Ketahui 4 Jenis Ulat Bulu Beracun

Ulat bulu beracun bisa dikatakan ulat bulu yang setidaknya memiliki satu kelenjar racun. Secara garis besar terdapat ulat bulu beracun pasif dan aktif.

Ulat beracun pasif berarti memiliki kelenjar racun, tapi tidak memiliki alat untuk menyuntikkan racun. Adapun ulat beracun aktif, selain memiliki kelenjar racun juga dilengkapi alat untuk memasukkan racun ke dalam tubuh lawannya.

Jenis ulat beracun aktif misalnya yaitu Limacodidae. Terdapat beberapa macam bulu atau duri pada ulat beracun, yaitu:

1. Bulu-Bulu Normal: Biasanya bulu-bulu pada ulat Arctiidae dan Noctuidae. Bulu jenis ulat ini halus dan mudah putus ujungnya. Sehingga jika terjadi kontak langsung, sangat mudah untuk masuk ke dalam permukaan kulit manusia.

2. Struktur Khusus Pada Ujung Bulu: Biasanya bulu-bulu pada ulat Lasiocampidae. Dimana bulunya lebih tebal dan pangkalnya yang tumpul dan menebal. Ujung bulu yang tajam terlihat seperti mata gergaji. Jika mengenai mengenai kulit manusia akan menyebabkan iritasi.

3. Bulu Ulat Dengan Dasar Lancip: Misalnya bulu-bulu pada ulat Lymantriidae.

4. Duri Beracun: Ulat bulu dengan jenis duri beracun dimiliki kelompok Limacodidae yang berbeda dengan jenis lainnya. Ujung duri ulat bulu sangat lancip dan tajam.

Pada jenis ulat bulu yang memiliki duri beracun, cara kerja durinya menyerupai jarum suntik. Dimana ulat menyuntikan durinya yang berbisa.

Dampaknya pada manusia menimbulkan sengatan panas, yang akan hilang dalam 3-4 jam. Salah satu cara mengatasinya yaitu dengang mengompres menggunakan air es.

Apabila kondisinya sangat buruk maka hendaknya pergi ke dokter, dokter akan memberikan antihistamin atau lainnya.

Benarkah Ulat Bulu Dapat Mematikan?

Beberapa bulan yang lalu sedang ramai berita tentang ulat bulu yang mematikan. Dimana ketika seseorang terkena gigitan atau kontak langsung dengan ulat bulu, efeknya bisa sangat mengerikan yaitu dalam waktu 4 jam bisa menyebabkan kematian. Benarkah ulat bulu bisa mematikan?

Media sosial pernah dihebohkan dengan ulat bulu yang berwarna hijau di pohon mangga. Dalam broadcast yang viral tersebut menyebutkan bahwa gigitan ulat itu dapat mematikan.

Kabar di media sosial ini menyebabkan masyarakat menjadi was-was. Tapi, betulkan kabar tersebut?

"Kalau ulatnya itu betul ada," kata Hari Sutrisno, Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI.

"Yang tidak betul itu, dikatakan bila digigit oleh ulat itu terus mati. Itu tidak betul,"

Hari Sutrisno mengatakan bahwa dirinya belum mengetahui ulat yang viral di media sosial tersebut berasal dari spesies mana. Selama menjadi peneliti, Hari Sutrisno mengaku belum pernah menjumpai jenis ulat ini.

"Kayaknya, saya tidak yakin (ulat bulu) itu dari Indonesia" katanya.

Hari Sutrisno telah menjadi peneliti di LIPI sejak 1994.

Loading...

Hari Sutrisno mengatakan bahwa bisa dari ulat bulu bukanlah penyebab kematian dalam keadaan normal.

"Ulat bulu api tidak menyebabkan kematian dalam keadaan normal. Belum ada laporan dari serangan ulat bulu api yang menyebabkan kematian," kata Hari Sutrisno.

Berbeda kondisinya jika seseorang yang terkena ulat bulu tersebut memiliki alregi terhadap histamin, maka kondisi alergi ini yang berpotensi mengakibatkan kematian jika tidak segera ditangani.

Jika seseorang tergigit atau kontak langsung dengan ulat beracun, maka penanganan awal yang bisa dilakukan adalah kompres dengan larutan alkaline, bicarbonate soda dan ammonia cair, serta cream yang mengandung antihistaminic.

Pada kondisi sangat serius maka sebaiknya segera hubungi dokter.

Cara Membasmi Ulat Bulu

Ulat bulu dalam jumlah besar pernah menyerang sejumlah daerah warga, hal ini menimbulkan keresahan pada warga. Untuk mengatasinya hendaknya memakai cara-cara alami dan manual. Pestisida menjadi langkah terakhir.

Cara-cara manual lebih baik. Adapun penyemprotan pestisida sebaiknya jadi langkah terakhir.

Apabila ulat tidak terlalu banyak jumlahnya, hendaknya cara mengatasinya dengan mengumpulkan ulat lalu dikubur di dalam tanah.

Jika ulat sudah berubah menjadi kupu-kupu (ngengat) maka dapat menggunakan lampu ultraviolet (atau lampu biasa juga bisa) untuk memancing binatang tersebut.

Biasanya ngengat akan menghampiri cahaya lampu. Taruhlah baskom atau ember di bawah lampu. Baskom berisi air sabun atau minyak.

Dengan begitu, ketika ngengat jatuh ke baskom maka akan langsung mati. Penggunaan lampu ini untuk mencegah ngengat menelurkan banyak telur, yang nantinya menjadi larva (ulat).

Perlukah membakar pohon yang penuh ulat? "Kalau bisa gunakan cara manual. Kalau dibakar kasihan juga pohonnya nanti habis. Bisa juga dilakukan pengendalian dengan cara menggunakan insektisida yang aman bagi kesehatan dan lingkungan."

Insektisida memiliki bahan aktif barupa bakteri basilus. Insektisida disemprotkan pada permukaan daun, kemudian termakan ulat dan menjadi racun bagi ulat tersebut.

Penggunaan Insektisida hanya membunuh ulat saja, tidak mematikan serangga lain. Adapun penyemprotan usahakan dilakukan segera, yaitu ketika ulat masih kecil-kecil, karena ulat saat masih kecil sedang banyak-banyaknya makan.

Dr Ir Toto Himawan SU melakukan penelitian wabah ulat bulu yang terjadi di Probolinggo. Dia termasuk dari Tim Hama Penyakit Tanaman (HPT) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.


Toto Himawan juga sependapat, bahwa penggunaan pestisida sebagai langkah terakhir.

“Kalau bisa jangan menggunakan pestisida, gunakan musuh alami dan agen hayati. Lebih dari 50 persen (larva/pupa) mati terserang patogen, penyakit pada serangga, itu dimanfaatkan.” Kata Toto Himawan.

"Bisa diawali dengan melepas koloni semut rangrang (untuk membasmi ulat bulu), taruh di pohon, jangan diganggu supaya berkembang. Kalau burung maka seperti burung prenjak itu. "

Metode lainnya yaitu menggunakan agen hayati, bertujuan untuk mematikan telur. Seperti cendawan jenis paecilomyces, virus jenis baculovirus dan bakteri bacillus. Penggunaannya dengan disemprotkan pada daun-daun, mumpung ulatnya masih kecil.

Kalau ulat bulunya sudah terlanjur besar dan jumlahnya banyak, maka bisa dikumpulkan lalu dibakar.

Adapun pestisida menjadi cara terakhir dalam menangani wabah ulat bulu. “Kalau ledakan populasi begitu banyak ya memakai pestisida” kata Toto Himawan.

Serangga seperti lebah ditengarai memiliki parasit yang mampu mematikan telur atau mengganggu pertumbuhan larva dari ngengat. Sebenarnya, ulat bulu mempunyai musuh alam yang cukup banyak.

Predator ulat bulu seperti burung pemakan ulat dan beberapa jenis serangga. Serangga kepik mengisap ulat dan laba-laba memakan ngengat.

"Kepik ini mulutnya seperti jarum yang ditusukan ke ulat. Ada pula parasit yang hidup di telur ataupun di ulat. Ini dari seperti lebah yang menaruh telur di tubuh ulat, lalu ketika telur parasit menetas, dia akan menggerogoti si ulat" kata Prof Aunu Rauf.

Cara-cara unik dilakukan untuk membasmi ulat bulu. Di Garut, Jawa Barat, warga berinisiatif menyuntikkan pestisida ke pohon. Metode ini diharapkan dapat bekerja secara efektif dalam melindungi vegetasi dari hama.

Dengan memakai mesin bor, pohon dilubangi sedikit dengan kedalaman 10 cm, kemudian pestisida jenis Curacron dan Rozotin diinjeksikan melalui lubang tersebut, lalu lubangnya ditutup dengan tanah.

Tidak sampai seminggu (sekitar 6 hari), obat pun bereaksi dan telah menyebar ke seluruh bagian pohon seperti batang, ranting, dan daun. Ulat bulu yang menempel di pohon akan mati karena terkena toksin (racun).

Jika terkena ulat bulu, hilangkan bulu yang menempel menggunakan selotip. Lalu cuci kulit dengan air panas dan sabun. Lalu oleskan garam dan diamkan selama lima menit, lalu tambahkan minyak kelapa untuk meredakan bengkak.

Jika Anda ingin melihat videonya, berikut video (2 menit) menyuntikkan pestisida ke pohon untuk membasmi ulat bulu, selain itu video juga menjelaskan sedikit tentang penanganan yang tepat jika terkena ulat bulu.

Tips Menghindari Kontak Dari Ulat Bulu Beracun
Jangan pernah menaruh baju, sarung, handuk dan semacamnya (walaupun sebentar) pada pohon. Baik itu bagian ranting, cabang, dan lainnya. Ada kemungkinan terdapat ulat bulu disana.

Sebelum memakai baju maka pastikan kebersihannya. Hindari bertelanjang dada ketika berada di rerimbunan pohon atau semak. Selalu gunakan baju lengan panjang saat berada di semak-semak, bagian tubuh yang sering terkena ulat bulu yaitu lengan dan leher.

Selain itu, pastikan Anda rajin untuk membersihkan rumah Anda. Baik itu bagian dalam rumah, maupun bagian pekarangan yang terdapat dedaunan dan lainnya.

loading...

Cara Hilangkan Gatal Akibat Ulat Bulu

Jika ulat bulu mengenai kulit dan timbul rasa gatal yang luar biasa, maka hindari menggaruknya karena memperburuk masalah. Untuk mengatasi gatal karena racun ulat bulu, maka bisa dengan memanfaatkan kunyit.

Kunyit
Photo credit: Fotolia.com | Bigstockphoto.com

Kunyit memiliki zat anti-infeksi alami yang dapat membantu proses penyembuhan luka, dan membuat luka lebih cepat kering. Kunyit dapat diandalkan untuk menghilangkan gatal akibat ulat bulu.

Cara menggunakannya:
  1. Pertama-tama cuci kunyit dengan air mengalir hingga bersih.
  2. Lalu parut hingga halus.
  3. Balurkan kunyit yang telah diparut tersebut pada bagian kulit yang terkena ulat bulu.
  4. Diamkan beberapa saat.
  5. Lalu bilas kembali kulit dengan air bersih.

Bawang Merah
Bawang merah mampu meredakan efek gigitan ulat bulu. Anda hanya perlu mencincang halus bawang merah dan mengoleskannya pada bagian yang bentol akibat ulat bulu.

Maka secara perlahan bentol dan gatalnya mereda. Hati-hati dalam penggunaan untuk anak-anak, karena bawang merah mengeluarkan zat yang menyebabkan mata terasa pedih sehingga mengeluarkan air mata.

Perawatan dengan bawang merah ini harus di bawah pengawasan orang dewasa.

Garam dan Minyak Goreng
Di dalam sebuah wadah, campurkan dua bahan tersebut secukupnya (1 sdt garam dan 1/2 sdm minyak goreng). Lalu balurkan pada bagian tubuh yang bentol-bentol dan gatal akbiat ulat bulu.

Setelah selesai membalurkan, maka diamkan selama beberapa menit. Dengan perawatan ini diharapkan bentol-bentol akan mereda dan gatal hilang.

Selain itu, Anda bisa menggunakan balsem, minyak tawon ataupun minyak kayu putih dalam mengatasi masalah terkena ulat bulu. Apabila gatal-gatal ini terjadi pada bayi, maka bedak menjadi pilihan yang paling baik.

Berikut hal-hal penting lainnya dalam mengatasi ulat bulu:

+ Jangan digaruk. Untuk menghindari menggaruk secara tidak sengaja, Anda bisa menggunakan plester atau selotip sekali pakai (seperti yang telah dijelaskan sebelumnya).

+ Jika kulit meradang, berikan krim atau pelembap yang tidak berbau dan tidak berwarna.

+ Krim corticosteroid bisa membantu meredakan gatal-gatal dan mengurangi peradangan. Tapi penggunaannya terbatas pada suatu area tertentu.

+ Bisa juga menggunakan obat yang mengandung mentol, eukaliptus, kamper, kalamin dan kamomil.

+ Untuk jenis obat yang diminum, bisa memilih antihistamin. Sebagai pemberithuan, obat ini bisa memicu rasa kantuk.

+ Diperbolehkan menggunakan minyak kayu putih, minyak tawon ataupun balsam dalam meredakan rasa gatal.

+ Untuk sementara, hindari mengonsumsi telur dan ayam, hal ini agar mencegah alergi semakin parah.

+ Untuk pakaian yang terkena ulat bulu, cukup dicuci dengan bersih tanpa menggunakan antiseptik. Karena ini cuma bulu, bukan kuman.

Selama ini, umumnya masyarakat menyebut ulat yang membuat gatal-gatal dengan sebutan ulat bulu. Tapi, jenis ulat penyebab gatal ternyata beragam

Seorang peneliti serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bernama Hari Sutrisno, menjelaskan setidaknya terdapat tiga golongan ulat penyebab gatal.

Ulat Bulu (Lymantriidae)
Ulat Bulu (Lymantriidae) | Photo credit: Wikimedia.org

Golongan pertama adalah ulat famili Lymantridae. Nah, jenis ulat inilah yang sering disebut sebagai ulat bulu oleh masyarakat.

Ulat bulu memiliki bulu dengan ujung yang lancip. Saat jatuh atau terkena pada permukaan kulit manusia, ujung bulu akan patah lalu masuk ke pori-pori. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya rasa gatal.

Ulat Bulu Tebal (Lasiocampidae)
Ulat Bulu Tebal (Lasiocampidae) | Photo credit: Wikimedia.org

Gologan kedua adalah ulat dengan bulu yang lebih tebal dan tajam. Golongan ulat itu diklasifikasikan dalam famili Lasiocampidae.

Bulu-bulunya (ulat bulu golongan kedua) selain lebih tebal juga menyerupai mata gerjaji, kalau mengenai kulit tubuh, rasanya lebih gatal daripada ulat bulu biasa.

Golongan ketiga adalah yang memberikan efek paling parah yaitu Limacodidae. Ini sering disebut sebagai ulat api.

Disebut ulat api karena kalau kita kena, rasanya selain gatal juga akan sangat perih seperti terbakar.

Limacodidae (ulat api) menyuntikkan racun histamin sehingga memunculkan sensasi perih dan rasa sangat gatal pada kulit. Selain itu, dampak racun tersebut juga bisa memicu peradangan pada kulit.


Hari Sutrisno menjelaskan bahwa pada dasarnya rasa gatal akibat ulat bersifat lokal. Dimana apabila hanya tangan yang terkena ulat bulu, maka hanya bagian tangan itu saja yang mengalami gatal.

Yang menjadi masalah ketika seseorang salah dalam menangani gatal akibat ulat bulu. Misalnya mengusir ulat bulu dengan tangan, sering menggaruk kulit yang gatal, dan hal-hal kurang baik lainnya.

Melakukan tindakan seperti ini menyebabkan rasa gatal bisa menyebar ke bagian tubuh lain.

Selain itu, gatal dapat dirasakan pada banyak bagian tubuh jika ulat bulu mengenai benda yang biasa dipakai pada tubuh, seperti baju dan handuk.

Sehingga penting menjaga kebersihan barang-barang yang bersentuhan langsung dengan kulit Anda (seperti baju, handuk, sepatu, celana, bantal, guling, dll)

Ingat, jangan menggunakan tangan dalam mengusir ulat bulu, hendaknya menggunakan pinset atau alat semacamnya.

Jangan menggaruk pada bagian tubuh yang terkena gatal akibat ulat bulu, caranya gunakan selotip atau plester untuk menutupi gatal beberapa saat, lalu lepaskan kembali. Kegunaan selotip atau plester juga dapat menarik bulu keluar dari kulit.

Adapun jika seseorang terkena ulat api, cara mengatasinya dengan menggunakan krim antihistamin. Jika rasa gatal dan perih yang dialami sangat parah, maka hendaknya pergi ke dokter. Umumnya akan diberikan resep berupa antihistamin oral.

Ulat Limacodidae yang Beracun (Ulat Api)
Ulat Limacodidae yang Beracun (Ulat Api) | Photo credit: Wikipedia.org

Ketahui 4 Jenis Ulat Bulu Beracun

Ulat bulu beracun bisa dikatakan ulat bulu yang setidaknya memiliki satu kelenjar racun. Secara garis besar terdapat ulat bulu beracun pasif dan aktif.

Ulat beracun pasif berarti memiliki kelenjar racun, tapi tidak memiliki alat untuk menyuntikkan racun. Adapun ulat beracun aktif, selain memiliki kelenjar racun juga dilengkapi alat untuk memasukkan racun ke dalam tubuh lawannya.

Jenis ulat beracun aktif misalnya yaitu Limacodidae. Terdapat beberapa macam bulu atau duri pada ulat beracun, yaitu:

1. Bulu-Bulu Normal: Biasanya bulu-bulu pada ulat Arctiidae dan Noctuidae. Bulu jenis ulat ini halus dan mudah putus ujungnya. Sehingga jika terjadi kontak langsung, sangat mudah untuk masuk ke dalam permukaan kulit manusia.

2. Struktur Khusus Pada Ujung Bulu: Biasanya bulu-bulu pada ulat Lasiocampidae. Dimana bulunya lebih tebal dan pangkalnya yang tumpul dan menebal. Ujung bulu yang tajam terlihat seperti mata gergaji. Jika mengenai mengenai kulit manusia akan menyebabkan iritasi.

3. Bulu Ulat Dengan Dasar Lancip: Misalnya bulu-bulu pada ulat Lymantriidae.

4. Duri Beracun: Ulat bulu dengan jenis duri beracun dimiliki kelompok Limacodidae yang berbeda dengan jenis lainnya. Ujung duri ulat bulu sangat lancip dan tajam.

Pada jenis ulat bulu yang memiliki duri beracun, cara kerja durinya menyerupai jarum suntik. Dimana ulat menyuntikan durinya yang berbisa.

Dampaknya pada manusia menimbulkan sengatan panas, yang akan hilang dalam 3-4 jam. Salah satu cara mengatasinya yaitu dengang mengompres menggunakan air es.

Apabila kondisinya sangat buruk maka hendaknya pergi ke dokter, dokter akan memberikan antihistamin atau lainnya.

Benarkah Ulat Bulu Dapat Mematikan?

Beberapa bulan yang lalu sedang ramai berita tentang ulat bulu yang mematikan. Dimana ketika seseorang terkena gigitan atau kontak langsung dengan ulat bulu, efeknya bisa sangat mengerikan yaitu dalam waktu 4 jam bisa menyebabkan kematian. Benarkah ulat bulu bisa mematikan?

Media sosial pernah dihebohkan dengan ulat bulu yang berwarna hijau di pohon mangga. Dalam broadcast yang viral tersebut menyebutkan bahwa gigitan ulat itu dapat mematikan.

Kabar di media sosial ini menyebabkan masyarakat menjadi was-was. Tapi, betulkan kabar tersebut?

"Kalau ulatnya itu betul ada," kata Hari Sutrisno, Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI.

"Yang tidak betul itu, dikatakan bila digigit oleh ulat itu terus mati. Itu tidak betul,"

Hari Sutrisno mengatakan bahwa dirinya belum mengetahui ulat yang viral di media sosial tersebut berasal dari spesies mana. Selama menjadi peneliti, Hari Sutrisno mengaku belum pernah menjumpai jenis ulat ini.

"Kayaknya, saya tidak yakin (ulat bulu) itu dari Indonesia" katanya.

Hari Sutrisno telah menjadi peneliti di LIPI sejak 1994.

Loading...

Hari Sutrisno mengatakan bahwa bisa dari ulat bulu bukanlah penyebab kematian dalam keadaan normal.

"Ulat bulu api tidak menyebabkan kematian dalam keadaan normal. Belum ada laporan dari serangan ulat bulu api yang menyebabkan kematian," kata Hari Sutrisno.

Berbeda kondisinya jika seseorang yang terkena ulat bulu tersebut memiliki alregi terhadap histamin, maka kondisi alergi ini yang berpotensi mengakibatkan kematian jika tidak segera ditangani.

Jika seseorang tergigit atau kontak langsung dengan ulat beracun, maka penanganan awal yang bisa dilakukan adalah kompres dengan larutan alkaline, bicarbonate soda dan ammonia cair, serta cream yang mengandung antihistaminic.

Pada kondisi sangat serius maka sebaiknya segera hubungi dokter.

Cara Membasmi Ulat Bulu

Ulat bulu dalam jumlah besar pernah menyerang sejumlah daerah warga, hal ini menimbulkan keresahan pada warga. Untuk mengatasinya hendaknya memakai cara-cara alami dan manual. Pestisida menjadi langkah terakhir.

Cara-cara manual lebih baik. Adapun penyemprotan pestisida sebaiknya jadi langkah terakhir.

Apabila ulat tidak terlalu banyak jumlahnya, hendaknya cara mengatasinya dengan mengumpulkan ulat lalu dikubur di dalam tanah.

Jika ulat sudah berubah menjadi kupu-kupu (ngengat) maka dapat menggunakan lampu ultraviolet (atau lampu biasa juga bisa) untuk memancing binatang tersebut.

Biasanya ngengat akan menghampiri cahaya lampu. Taruhlah baskom atau ember di bawah lampu. Baskom berisi air sabun atau minyak.

Dengan begitu, ketika ngengat jatuh ke baskom maka akan langsung mati. Penggunaan lampu ini untuk mencegah ngengat menelurkan banyak telur, yang nantinya menjadi larva (ulat).

Perlukah membakar pohon yang penuh ulat? "Kalau bisa gunakan cara manual. Kalau dibakar kasihan juga pohonnya nanti habis. Bisa juga dilakukan pengendalian dengan cara menggunakan insektisida yang aman bagi kesehatan dan lingkungan."

Insektisida memiliki bahan aktif barupa bakteri basilus. Insektisida disemprotkan pada permukaan daun, kemudian termakan ulat dan menjadi racun bagi ulat tersebut.

Penggunaan Insektisida hanya membunuh ulat saja, tidak mematikan serangga lain. Adapun penyemprotan usahakan dilakukan segera, yaitu ketika ulat masih kecil-kecil, karena ulat saat masih kecil sedang banyak-banyaknya makan.

Dr Ir Toto Himawan SU melakukan penelitian wabah ulat bulu yang terjadi di Probolinggo. Dia termasuk dari Tim Hama Penyakit Tanaman (HPT) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.


Toto Himawan juga sependapat, bahwa penggunaan pestisida sebagai langkah terakhir.

“Kalau bisa jangan menggunakan pestisida, gunakan musuh alami dan agen hayati. Lebih dari 50 persen (larva/pupa) mati terserang patogen, penyakit pada serangga, itu dimanfaatkan.” Kata Toto Himawan.

"Bisa diawali dengan melepas koloni semut rangrang (untuk membasmi ulat bulu), taruh di pohon, jangan diganggu supaya berkembang. Kalau burung maka seperti burung prenjak itu. "

Metode lainnya yaitu menggunakan agen hayati, bertujuan untuk mematikan telur. Seperti cendawan jenis paecilomyces, virus jenis baculovirus dan bakteri bacillus. Penggunaannya dengan disemprotkan pada daun-daun, mumpung ulatnya masih kecil.

Kalau ulat bulunya sudah terlanjur besar dan jumlahnya banyak, maka bisa dikumpulkan lalu dibakar.

Adapun pestisida menjadi cara terakhir dalam menangani wabah ulat bulu. “Kalau ledakan populasi begitu banyak ya memakai pestisida” kata Toto Himawan.

Serangga seperti lebah ditengarai memiliki parasit yang mampu mematikan telur atau mengganggu pertumbuhan larva dari ngengat. Sebenarnya, ulat bulu mempunyai musuh alam yang cukup banyak.

Predator ulat bulu seperti burung pemakan ulat dan beberapa jenis serangga. Serangga kepik mengisap ulat dan laba-laba memakan ngengat.

"Kepik ini mulutnya seperti jarum yang ditusukan ke ulat. Ada pula parasit yang hidup di telur ataupun di ulat. Ini dari seperti lebah yang menaruh telur di tubuh ulat, lalu ketika telur parasit menetas, dia akan menggerogoti si ulat" kata Prof Aunu Rauf.

Cara-cara unik dilakukan untuk membasmi ulat bulu. Di Garut, Jawa Barat, warga berinisiatif menyuntikkan pestisida ke pohon. Metode ini diharapkan dapat bekerja secara efektif dalam melindungi vegetasi dari hama.

Dengan memakai mesin bor, pohon dilubangi sedikit dengan kedalaman 10 cm, kemudian pestisida jenis Curacron dan Rozotin diinjeksikan melalui lubang tersebut, lalu lubangnya ditutup dengan tanah.

Tidak sampai seminggu (sekitar 6 hari), obat pun bereaksi dan telah menyebar ke seluruh bagian pohon seperti batang, ranting, dan daun. Ulat bulu yang menempel di pohon akan mati karena terkena toksin (racun).

Jika terkena ulat bulu, hilangkan bulu yang menempel menggunakan selotip. Lalu cuci kulit dengan air panas dan sabun. Lalu oleskan garam dan diamkan selama lima menit, lalu tambahkan minyak kelapa untuk meredakan bengkak.

Jika Anda ingin melihat videonya, berikut video (2 menit) menyuntikkan pestisida ke pohon untuk membasmi ulat bulu, selain itu video juga menjelaskan sedikit tentang penanganan yang tepat jika terkena ulat bulu.

Tips Menghindari Kontak Dari Ulat Bulu Beracun
Jangan pernah menaruh baju, sarung, handuk dan semacamnya (walaupun sebentar) pada pohon. Baik itu bagian ranting, cabang, dan lainnya. Ada kemungkinan terdapat ulat bulu disana.

Sebelum memakai baju maka pastikan kebersihannya. Hindari bertelanjang dada ketika berada di rerimbunan pohon atau semak. Selalu gunakan baju lengan panjang saat berada di semak-semak, bagian tubuh yang sering terkena ulat bulu yaitu lengan dan leher.

Selain itu, pastikan Anda rajin untuk membersihkan rumah Anda. Baik itu bagian dalam rumah, maupun bagian pekarangan yang terdapat dedaunan dan lainnya.

loading...

Cara Hilangkan Gatal Akibat Ulat Bulu

Jika ulat bulu mengenai kulit dan timbul rasa gatal yang luar biasa, maka hindari menggaruknya karena memperburuk masalah. Untuk mengatasi gatal karena racun ulat bulu, maka bisa dengan memanfaatkan kunyit.

Kunyit
Photo credit: Fotolia.com | Bigstockphoto.com

Kunyit memiliki zat anti-infeksi alami yang dapat membantu proses penyembuhan luka, dan membuat luka lebih cepat kering. Kunyit dapat diandalkan untuk menghilangkan gatal akibat ulat bulu.

Cara menggunakannya:
  1. Pertama-tama cuci kunyit dengan air mengalir hingga bersih.
  2. Lalu parut hingga halus.
  3. Balurkan kunyit yang telah diparut tersebut pada bagian kulit yang terkena ulat bulu.
  4. Diamkan beberapa saat.
  5. Lalu bilas kembali kulit dengan air bersih.

Bawang Merah
Bawang merah mampu meredakan efek gigitan ulat bulu. Anda hanya perlu mencincang halus bawang merah dan mengoleskannya pada bagian yang bentol akibat ulat bulu.

Maka secara perlahan bentol dan gatalnya mereda. Hati-hati dalam penggunaan untuk anak-anak, karena bawang merah mengeluarkan zat yang menyebabkan mata terasa pedih sehingga mengeluarkan air mata.

Perawatan dengan bawang merah ini harus di bawah pengawasan orang dewasa.

Garam dan Minyak Goreng
Di dalam sebuah wadah, campurkan dua bahan tersebut secukupnya (1 sdt garam dan 1/2 sdm minyak goreng). Lalu balurkan pada bagian tubuh yang bentol-bentol dan gatal akbiat ulat bulu.

Setelah selesai membalurkan, maka diamkan selama beberapa menit. Dengan perawatan ini diharapkan bentol-bentol akan mereda dan gatal hilang.

Selain itu, Anda bisa menggunakan balsem, minyak tawon ataupun minyak kayu putih dalam mengatasi masalah terkena ulat bulu. Apabila gatal-gatal ini terjadi pada bayi, maka bedak menjadi pilihan yang paling baik.

Berikut hal-hal penting lainnya dalam mengatasi ulat bulu:

+ Jangan digaruk. Untuk menghindari menggaruk secara tidak sengaja, Anda bisa menggunakan plester atau selotip sekali pakai (seperti yang telah dijelaskan sebelumnya).

+ Jika kulit meradang, berikan krim atau pelembap yang tidak berbau dan tidak berwarna.

+ Krim corticosteroid bisa membantu meredakan gatal-gatal dan mengurangi peradangan. Tapi penggunaannya terbatas pada suatu area tertentu.

+ Bisa juga menggunakan obat yang mengandung mentol, eukaliptus, kamper, kalamin dan kamomil.

+ Untuk jenis obat yang diminum, bisa memilih antihistamin. Sebagai pemberithuan, obat ini bisa memicu rasa kantuk.

+ Diperbolehkan menggunakan minyak kayu putih, minyak tawon ataupun balsam dalam meredakan rasa gatal.

+ Untuk sementara, hindari mengonsumsi telur dan ayam, hal ini agar mencegah alergi semakin parah.

+ Untuk pakaian yang terkena ulat bulu, cukup dicuci dengan bersih tanpa menggunakan antiseptik. Karena ini cuma bulu, bukan kuman.

Related Posts: